Daftar Blog Saya

Jumat, 11 Februari 2011

LAPORAN PENDAHULUAN SECSIO SAESARIA

LAPORAN PENDAHULUAN SECSIO SAESARIA

1. Konsep dasar secsio sesaria
a. Pengertian seksio sesaria
Seksio sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Marjoen, 2001). Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dalam keadaan berat janin diatas 500 gram (Parworiharjo S, 1996). Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar, 1998). Dari pengertian seksio sesaria dapat disimpulkan : seksio sesaria adalah melahirkan janin melalui suatu pembedahan / insisi pada dinding perut dan rahim.

b. Jenis –jenis seksio sesaria
1. Berdasarkan tekniknya seksio sesaria dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Seksio sesaria klasik atau corporal yaitu insisi memanjang pada segmen uterus.
b. Seksio sesaria transperitonealis profunda yaitu insisi pada segmen bawah rahim, teknik ini paling sering dilakukan melintang dan memanjang.
c. Seksio sesaria ekstra peritoneal yaitu rongga perineum tidak dibuka.
d. Seksio sesaria his terektomi yaitu setelah seksio sesaria dikerjakan, histerektomi dengan indikasi atonia uteri. Placenta alereta, myoma uteri, infeksi intra uteri yang berat (Padjajaran, 1994).

c. Indikasi umum seksio sesaria
Indikasi umum dilakukannya seksio sesaria adalah ibu seperti panggul sempit absolute, plasenta previa, disfungsi uterus, distonsia jaringan lunak, disproporsi sepalopelvik, tumor jalan lahir, indikasi dari janin, yaitu kelainan letak, janin besar, gawat janin (Sarwono, 1999). Indikasi lainnya yaitu keadaan dimana usaha untuk melahirkan janin pervagina gagal (Padjajaran, 1994).

d. Patofisiologi
Hamil 39-40 minggu + locus
Minoris resisten

Jaringan parut pada uterus

Risiko rupture uteri pada percobaan persalinan pervagina

Seksio Cesaria

Fisik Psikologis

Trauma mekanik insisi Kurang Krisi situasi
informasi ancaman
konsep diri

Trauma perubahan Trauma Kurang pengetahuan Ansietas eleminasi urine jaringan



Risiko infeksi Gangguan rasa nyaman (nyeri) ADL di bantu

Kurang pergerakan deficit perawatan diri

Penurunan tonus otot

Resiko Konstipasi



e. Prinsip-prinsip perawatan ibu bayi seksio sesar
Penanganan pada masa nifas post secsio sesaria dapat diuraikan menurut (Mochtar, 1999), sebagai berikut:
1. Perawatan luka insisi
Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan betadin lalu ditutup dengan kasa steril untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita.
2. Tempat perawatan pasca bedah
Setelah tindakan dikamar operasi, penderita dipindahkan kedalam ruang rawat khusus (recoveri room). Bila pasca bedah keadaan penderita gawat, segera dipindahkan ke unit perawatan darurat (intensive care), apabila keadaan penderita mualai pulih, barulah dipindahkan ketempat penderita semula dirawat.
3. Pemberian cairan
Selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka dari itu pemberian cairan paer infuse harus cukup banyak dan mengandung elektrolit. Cairan yang diberikan biasanya dextrose 5% - 10%.
4. Diet
Bila pasien sudah platus, pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan dengan mulai pemberian makanan dan minuman peroral. Penderita diberi makan bubur saring, minum air buah dan susu, selanjutnya secara bertahap diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makan biasa.
5. Nyeri
Sejak penderita sadar 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat-obat anti nyeri. Setelah hari pertama atau kedua, rasa nyeri akan hilang sendiri dengan pemberian obat-obatan. Penderita yang kurang tenang dan gelisah akan merasa lebih tentram.
6. Mobilitas
Mobilitas segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan bagi penderita. Miring kekiri dan kekanan dapat dimulai 6-10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari ke-2 penderita sudah dapat duduk selama 5 menit. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari penderita diajarkan duduk selama sehari, belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca bedah. Mobilisasi secara tertur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan.
7. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita. Involusi uterus dapat menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, dianjurkan pemasangan kateter tetapi, dawer kateter selama 24-48 jam.
8. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan (antibiotic dan vitamin (untuk pertumbuhan kulit dan meningkatkan vitalitas, antiinfeksi untuk mencegah infeksi serta alinamin F untuk meningkatkan peristaltic usus.
9. Perawatan rutin
Setelah selesai operasi , dokter telah membuat rencana perawatan rutin bagi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada paramedic baik dikamar rawat khusus maupun setelah tiba diruang atau kamar tempat penderita dirawa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran yang diukur adalah TD, nadi RR< jumlah cairan masuk dan keluar, dan suhu.

f. Komplikasi post seksio sesaria
Komplikasi post seksio sesaria menurut Mochtar 1998 :
1. Infeksi Puerperal (nifas)
a. Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sakit kembung
c. Berat : denagn peritonitis sepsis dan ileus paralisis. Hal ini sering dijumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penangananya adalah dengan pemberian cairan elektrolit dan antibiotic yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada plasenta.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih, sepertronia lisasi terlalu tinggi (Mochtar, 1998).
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada pada kehamilan mendorong.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Adapun data focus yang harus dikaji pada ibu nifas dengan komplikasi tindakan menurut Virginia handerson (14 komponen) yaitu :
1) Bernafas
Pengkajian perfasan meliputi observasi frekuensi per menit kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang menyertainya, misalnya warna dan bunyi nafas. Orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat bernafas secara teratur kira-kira 12 sampai 20 kali per menit.
2) Makan da minum (nutrisi)
Diet makan harus bermutu bergizi dan cukup kalori sebaiknya makan makanan yang mengandung protein banyak cairan sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Eleminasi
Menstimulasi reflek urinary mempertahankan kebiasaan eleminasi dan asupan cairan yang adekuat dapat meningkatkan urinary.
4) Gerak dan aktifitas
Enam jam setelah post operasi ibu dianjurkan untuk segera mobilisasi sesuai dengan kemampuan.
5) Istirahat dan tidur
Post seksio sesaria diperlukan kurang lebih 8 jam untuk istirahat dan menghindari keletihan fisik maupun psikologis sehingga tenaga ibu pulih dengan cepat.
6) Personal hygiene
Dalam masa nifas diperlukan kebersihan diri untuk membantu mengurangi sumber infeksi, dapat dilakukan ibu sendiri setelah cukup untuk berjalan dan dengan bantuan untuk melakukan mandi dua kali sehari, kebersihan mulut, rambut, ganti pakaian/pembalut dan kebersihan buah dada.
7) Pengaturan suhu tubuh
Selama persalinan peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasi adanya infeksi, dehidrasi atau akibat peningkatan aktifitas otot karena kontraksi uterus, suhu normal per axial orang dewasa, yaitu 35,8 - 37,30C.
8) Rasa aman dan nyaman
Rasa sakit pada luka operasi yang berlebihan harus diperiksa. Afterpain biasa terjadi pada multipara.
9) Komunikasi dan sosialisasi
Hubungan komunikasi antar keluarga dan suami berpengaruhterhadap kejiwaan ibu dan bayi.
10) Ibadah
Ibadah diperlukan sebagai penyejuk rohani dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
11) Prestasi
Sesuatu yang dapat dibanggakan oleh ibu atau keluarga.
12) Produktifitas
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
13) Rekreasi
Sesuatu yang dilakukan yang dapat membahagiakan anggota keluarga.
14) Belajar
Seseorang memperoleh pengetahuan bias langsung dari petugas kesehatan, hal ini biasa dilakukan dengan bertanya langsung atau dengan mengikuti penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan.

b. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang bias muncul pada ibu dengan status post seksio sesaria menurut Donges (2001) dan Carpenito (2000) adalah sebagai berikut :
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan.
2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri.
3) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahan.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang bedah sesaria.
5) Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
6) Risiko perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, efek-efek anastesi.
7) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesia, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik.

c. Rencana Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan.
KH :
- Nyeri hilang (skala 0)
- TTV normal (TD : 110-130/60-80 mmHg; N: 60-100 x/ menit; S: 36-37,2°C; R: 16-20 x/ menit)

Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri ibu.
Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh intervensi yang akan diberikan.
b) Motivasi ibu untuk mobilisasi secara bertahap.
Rasional : untuk memperlancar peredaran darah sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
c) Beri posisi yang nyaman menurut ibu.
Rasional : untuk memberikan posisi yang tidak menimbulkan nyeri pada ibu.
d) Ajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam.
Rasional : melancarkan peredaran darah dan mengalihkan perhatian ibu dari nyeri.
e) Lakukan distraksi dengan mengajak berbincang-bincang.
Rasional : sebagai upaya pengalihan perhatian ibu dari nyeri.
f) Delegatif pemberian obat analgetika.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.

2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri.
KH :
- Mengakui dan mendiskusikan masalah
- Menunjukkan rentang perasaan yang tepat
- Melaporkan takut dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.

Intervensi :
a) Tentukan tingkat ansietas dari sumber masalah.
Rasional : kelahiran sesaria mungkin dipandang suatu kegagalan dalam hidup oleh klien atau pasangan dan hal tersebut dapat memiliki dampak negatif dari proses ikatan menjadi orang tua.
b) Berikan informasi yang akurat tentang keadaan ibu/bayi.
Rasional : kurang informasi / kesalahpahaman dapat meningkatkan ansietas.

3) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahan.
KH :
- TTV normal (TD : 110-130/60-80 mmHg; N: 60-100 x/ menit; S: 36-37,2°C; R: 16-20 x/ menit)
- Tidak terjadi infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, tumor, kalor, dolor, fungsiolaesa)

Intervensi:
a) Rawat luka dengan teknik aseptic.
Rasional : untuk menghindari terjadinya infeksi pada luka denga membunuh kuman sebelum memasuki daerah luka.
b) Ajurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan luka.
Rasional : untuk memperkecil kemungkinan terkontaminasinya luka oleh kuman.
c) Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi secara dini dan bertahap.
Rasional : untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
d) Observasi vital sign.
Rasional : vital sign merupakan indicator dalam mengkaji rasa nyeri pada pasien. Jika vital sign meningkat merupakan tanda adanya infeksi.
e) Delegatif dalam pemberian antibiotic.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi.

4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang bedah sesaria.
KH :
- Menyatakan memahami mengenai tindakan seksio sesaria
- Mengetahui indikasi dilakukannya seksio sesaria
- Merencanakan tindakan yang selanjutnya dilakukan
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan ibu tentang cara perawatan pasca bedah seksio sesaria.
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perawatan pasca operasi sehingga lebih mudah memberikan informasi kepada pasien.
b) Beri bimbingan dan demonstrasikan perawatan payudara serta cara meneteki yang benar.
Rasional : dengan belajar dan latihan, ibu akan mengetahui cara perawatan dari pasca bedah yang benar.
c) Jelaskan hal-hal yang perlu dilaporkan kepada dokter / perawat setelah melahirkan.
Rasional : untuk menangani masalah yang dihadapi ibu secara dini dan menghindari kepanikan terhadap perubahan kondisi pasien.
d) Jelaskan program pengobatan yang didapat pasien selama ini, meliputi nama obat, dosis, waktu, cara pemberian, tujuan dan efek samping dan program lain yang berhubungan dengan pasien seperti jadwal perawatan luka, jadwal control.
Rasional : untuk menambah pengetahuan pasien agar lebih kooperatif dalam memberikan tindakan keperawatan pada dirinya.
e) Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kondisi tubuh dengan mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu.
Rasional : untuk mempercepat proses penyembuhan dan pencegahan terjadinya komplikasi.

5) Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
KH :
- Menunjukkan bunyi usus/ aktivitas peristaltic aktif
- Mempertahankan pola eliminasi biasanya
Intervensi :
a) Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4 iam setelah kelahiran sesaria.
Rasional : mengevaluasi fungsi usus, adanya diastasis rekti berat menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
b) Anjurkan ibu untuk minum yang adekuat (3000cc/hari).
Rasional : cairan berfungsi untuk melunakkan feces.
c) Beri makanan yang tinggi serat.
Rasional : makan tinggi serat berguna untuk merangsang enzim-enzim pencernaan.
d) Anjurkan ibu untuk untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur.
Rasional : berguna untuk melatih otot-otot abdomen.

6) Risiko perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, efek-efek anastesi.
KH :
- Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
a) Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urine.
Rasional : untuk memperlancar proses perkemihan.
b) Anjurkan ibu untuk berkemih tiap 4-6 jam, apabila memungkinkan.
Rasional : dengan berkemih 4-6 jam dapat melatih otot-otot kandung kemih.

7) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesia, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik.
KH :
- Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri
Intervensi :
a) Perhatikan adanya sakit kepala pasca spinal.
b) Kaji status psikologi ibu.
c) Ubah posisi ibu setiap 1-2 jam.
d) Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (misalnya: perawatan mulut, mandi, gosok punggung dan perawatan perional).

d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan yaitu :
1. Evaluasi formatif : dibuat berdasarkan respon yang diberikan klien setelah implementasi
2. Evaluasi Sumantif : dibuat berdasarkan tujuan yang telah diterapkan pada perencanaan.
Kriteria evaluasi :
1. Dimulainya ikatan keluarga ibu
2. Nyeri berkurang
3. Tidak terjadi infeksi
4. Melakukan kebiasaan defikasi
5. Pengetahuan pasien bertambah
6. Pola eliminasi berkemih normal.
7. ADL mandiri

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius
Mochtar, Rusiam. 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Jumat, 04 Februari 2011

I Heart You by SM*SH


I Heart You

Kenapa hatiku cenat cenut tiap da kamu
Selalu peluhku menetes tiap dekat kamu
Kenapa salah tingkah tiap kau tatap aku
Selalu diriku malu tiap kau puji aku


Kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku
Selalu merindu romaku tyap kau sentuh aku
kenapa otakku beku tyap memikirkanmu
Selalu tubuhku lunglai tyap kau bisikan cinta


you Know me so well
Girl I need U
Girl I love U
Girl I heart U
I Know you so well
Girl I need U
Girl I love U
Girl I heart U


Tahukah kamu saat kita pertama jumpa
Hatiku berkata padamu ada yang berbeda
Tahukah sejak kita sering jalan bersama
Tiap jam, menit, detik ku hanya ingin berdua
Tahukah kamu, ku takkan pernah lupa
Saat kau bilang, punya rasa yang sama
Ku tak menyangka
Aku bahagia, ingin kupeluk dunia
Kau izinkan aku tuk dapat rasakan cinta

you Know me so well
Girl I need U
Girl I love U
Girl I heart U
I Know you so well
Girl I need U
Girl I love U
Girl I heart U

Ketika diriku rasakan cintamu yang buat kusalah tingkah
you Know me so well, I Know you so well
You Heart me Girl, I heart You Back
Girl I need U
Girl I love U
Girl I heart U beybeh(2x)

you Know me so well
Girl I need U
Girl I love U
Girl I heart U
I Know you so well
Girl I need U
Girl I love U
Girl I heart U
Tak ada bisa memisahkan kita,
Waktupun takkan tega, kau dan aku bersama, selamanya...

Dirimu Satu by Ungu


Dirimu Satu


i will always love you kekasihku
dalam hidupku hanya dirimu satu
i will always need you cintaku
selamanya takkan pernah terganti

ku mau menjadi yang terakhir untukmu
ku mau menjadi mimpi indahmu

cintai aku dengan hatimu
seperti aku mencintaimu
sayangi aku dengan kasihmu
seperti aku menyayangimu
i will be the last for you
and you will be the last for me

i will always love you kekasihku
dalam hidupku hanya dirimu satu

ku mau menjadi yang terakhir untukmu
ku mau menjadi mimpi indahmu

cintai aku dengan hatimu
seperti aku mencintaimu
sayangi aku dengan kasihmu
seperti aku menyayangimu
i will be the last for you
and you will be the last for me
i will be the last for you
and you will be the last for me

Asuhan Keperawatan Mioma Uteri

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterine fibroid. Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Yang ada pada serviks uteri hanya di temukan dalam 3 % sedangkan pada korpus uteri 97 %. Mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa mioma uteri terjadi sebelum menarche (prawirohardjo, sarwono 1994 ; 281 ).

B. Epidemiologi
- Diperkirakan bahwa antara 20 % sampai dengan 25 % mioma uteri terjadi pada wanita berumur diatas 35 tahun.
- Mioma uteri jarang terjadi pada wanita sebelum masa menarche
- Mioma uteri juga jarang terjadi pada wanita sebelum masa menopause.
- Mioma uteri sering terjadi pada masa reproduksi
- Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39 – 11,7 % pada semua penderita ginekologi.

C. Etiologi
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Meyer dan Lipschultz, yang mengutarakan bahwa terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel imatur pada “Cell nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, Sarwono 1994 ; 282 ).

D. Patofisiologi/pathways
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum.
E. Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus dapat di bagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Mioma Submukosum
Mioma ini berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai dan menjadi polip, kemudian dapat dilahirkan melalui saluran serviks ( Myoma geburt).
2. Mioma Intramural
Yaitu mioma yang berada di dinding uterus di antara serabut miometrium
3. Mioma Subserosum
Mioma jenis ini tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari urerussehingga sering disebut sebagai mioma wondering/ Parasitic Fibroid.
Jarang sekali ditemukan hanya satu macam mioma saja dalam uterus. Mioma yang tumbuh pada serveks uteri dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga ostium uteri nampak berbentuk bulan sabit.

F. Gejala dan tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekolog karena tumor ini tidak menganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserosa), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia atau dapat terjadi metroragi. Faktor yang menyebabkan terjadi perdarahan . antara lain :
• Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasanya
• Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma emdometrium
• Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
• Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya.
2. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas pada mioma walaupun sering terjadi. Rasa nyeri dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis jaringan setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang akan dilahirkan biasanya menimbulkan dismenore karena penyempitan kanalis servikalis akibat mioma.
3. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri. Penekanan pada uretra daoat menyebabkan retensio urine dan pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Penekanan pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia. Dan penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe mengakibatkan edema tungkai dan nyeri panggul.

G. Pemeriksaan dan Diagnosis
1. Anamnesa tentang riwayat penyakit
2. Palpasi abdomen. Didapatkan benjolan di daerah perut bagian perut bagian bawah dengan konsistensi padat, kenyal dan berbatas jelas.
3. Pemeriksaan bimanual , didapatkan benjolan menyatu dengan rahim, sulit dilakukan untuk pasien yang gemuk
4. Test kehamilan, untuk memastikan diagnosa akan kemungkinan kehamilan dengan adanya pembesaran uterus.
5. Pemeriksaan USG, untuk menentukan jenis, lokasi dan penyebaran mioma uteri
6. Biopsi endometrium, untuk mendeteksi ada tidaknya keganasan.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. USG abdominal dan transvaginal
2. Laparaskopi

I. Penatalaksanaan
Rawat inap darurat diindikasikan apabila perdarahan mengancam jiwa atau nyeri akut abdomen. Adapun perencanaan tata laksana yang spesifik harus meliputi berbagai pertimbangan diantaranya :
1. Besar kecilnya tumor
2. Ada tidaknya keluhan dan komplikasi
3. Umur dan paritas klien.


II.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
• Lokasi nyeri
• Intensitas nyeri
• Waktu dan durasi
• Kwalitas nyeri.
2. Riwayat Reproduksi
• Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
• Hamil dan Persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
3. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
4. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
5. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
6. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
7. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan.
2. Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam berlebihan.
4. Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan peradangan.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil:
- Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
- Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.
- Tanda vital dalam batas normal :
Suhu : 36-37 0C
N : 80-100 x/m
RR : 16-24x/m
TD : Sistole : 100-130 mmHg
Diastole: 70-80 mmHg

Intervensi :
- Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (kala 0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.
- Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.
- Monitor tanda-tanda vital
- Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri misalnya dengan teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.
- Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri
- Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.

2. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah dan cemas berkurang.
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan rasa cemas berkurang
- Klien kooperatif terhadap prosedur/ berpartisipasi.
- Klien mengerti tentang penyakitnya.
- Klien tampak rileks.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36- 37 oC, Nadi : 80-100x/m, R: 16-24 x/m TD.: Sistole: 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
- Kaji ulang tingkat pemahaman pasien tentang penyakitnya.
- Tanyakan tentang pengalaman klien sendiri/ orang lain sebelumnya yang pernah mengalami penyakit yang sama.
- Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
- Ciptakan lingkungan tenang dan terbuka dimana pasien meraa aman unuk mendiskusikan perasaannya.
- Berikan informasi tentang penyakitnya, prognosi, dan pengobatan serta prosedur secara jelas dan akurat.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Berikan kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.
- Minta pasien untuk umpan balik tentang apa yang telah dijelaskan.
- Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila memungkinkan.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam berlebihan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh.
Kriteria Hasil :
- Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan cairan seperti turgor kulit kurang, membran mukosa kering, demam.
- Pendarahan berhenti, keluaran urine 1 cc/kg BB/jam.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-370C, Nadi : 80 –100 x/m, RR :16-24 x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
- Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.
- Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.
- Observasi pendarahan
- Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000 ,l/hari
- Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral dan kalau perlu transfusi sesuai indikasi, pemeriksaan laboratorium. Hb, leko, trombo, ureum, kreatinin.

4. Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan haemoglobin (anemia).
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesia.
- Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%
- Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370 C
Intervensi :
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
- Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.
- Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan.
- Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Batasi pengunjung untuk menghindari pemajanan bakteri.
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Wiknjosastro, Hanifa dkk. 1999. Ilmu Kandungan, Edisi II, Cetakan 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Doengoes, Marillyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Carpenitto, Linda Jual. 2000. Asuhan Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.