Daftar Blog Saya

Jumat, 16 November 2012

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST PARTUM (NIFAS)


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN POST PARTUM (NIFAS)

A.     KONSEP DASAR PENYAKIT
1.      Definisi
       Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
       Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004:492)
       Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula (tidak hamil). (William,1995)
       Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002)
 












      Gambar 1. Ibu pada masa nifas

2.      Klasifikasi
      Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a.       Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan
b.      Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu
c.       Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.

3.      Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)
      Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat / organ reproduksi yaitu :
a.       Sistem Reproduksi
1)      Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
   Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI
TFU
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta lahir
± 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis
± 1000 gram
1 minggu
Pertengahan  antara umbilikus dan simfisis pubis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba di atas simfisis
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50-60 gram
                                                                                                 (Bobak,2004:493)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Selama 1 samapi 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin secara IV atau IM diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2)        Vagina dan Perineum
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia :
a)    Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b)   Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c)    Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d)   Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tiga minggu. Hemoroid biasanya akan terlihat pada ibu yang memiliki riwayat hemoroid dan karena mengedan terlalu kuat.
3)        Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi. Perubahan yang terjadi pada payudara meliputi :
a)    Proliferasi jaringan kelenjar mamma dan lemak
b)   Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung banyak protein albumin dan globulin yang baik untuk meningkatkan sistem imunitasi bayi
c)    Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mamma

b.      Sistem Pencernaan
1)      Nafsu Makan
      Ibu biasanya lapar segera melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makan ringan. Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2)   Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3)      Defekasi
      Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
c.       Sistem Perkemihan
1)      Uretra dan kandung kemih
      Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adaya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.
      Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi penurunan atau mengubah reflex berkemih, penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dpat menyebabkan pendarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah bayi lahir.

d.      Sistem Integumen
      Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh dara seperti spider angioma (nevi), eritema palmar biasanya berkurang sebagai respon terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Diaforesis adalah perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.


4.      Patofisiologi (WOC)


















5.      Pemeriksaan penunjang
a.       Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b.        Urine lengkap

6.      Komplikasi
a.         Pembengkakan payudara
b.        Mastitis (peradangan pada payudara)
c.         Endometritis (peradangan pada endometrium)
d.        Post partum blues
e.         Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.

7.      Penatalaksanaan Medis
a.       Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b.      6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c.       Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d.      Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e.       Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.        Pengkajian
a.         Identitas
         Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
b.      Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.

c.         Riwayat Obstetri
Meliputi riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
d.        Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
Meliputi :
1)        Tipe persalinan
2)        Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
3)        Penggunaan analgesik dan anastesi
4)        Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
5)        Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
e.         Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
f.         Riwayat Keluarga Berencana
Apakah klien melaksanakan KB
1)        Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
2)        Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
3)        Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
g.        Riwayat Kesehatan
1)        Penyakit yang pernah dialami klien.
2)        Pengobatan yang pernah didapat.
3)        Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit hipertensi.
h.        Kebutuhan Dasar Khusus
1)        Pola nutrisi.
       Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
2)        Pola eliminasi/sistem urogenital.
a)        Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
b)        Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
c)        Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
d)       Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3)        Pola personal hygiene.
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi, oral hygiene, maupun cusi rambut.
4)        Pola istirahat dan tidur.
       Kurang tidur, mengantuk.
5)        Pola aktivitas dan latihan.
       Terganggu karena nyeri.
6)        Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
       Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan obat.
7)        Seksualitas/reproduksi
       Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
8)        Peran
       Perubahan peran sebagai ibu.
9)        Persepsi diri/konsep diri
       Penilaian citra tubuh terganggu.
10)    Kognitif perceptual
       Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.

i.          Pemeriksaan Fisik
1)        Keadaan Umum
a)        GCS                                              
b)        Tingkat Kesadaran                      
c)        Tanda-Tanda Vital
(1)     Jam I              :  tiap 15 menit
(2)     Jam II             :  tiap 30 menit
(3)     24 jam I          :  tiap 4 jam
(4)     Setelah 24 jam : tiap 8 jam
d)       Berat Badan
e)        Tinggi Badan


2)        Head to toe
(a)      Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
(b)     Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
(c)      Leher
(1)     Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
(2)     Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelejar tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
(d)     Thorak
(1)     Payudara
(a)      Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting mudah erektil.
(b)     Pruduksi colostrums 48 jam.
(c)      Memeriksa pada payudara jika terdapat massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
(2)     Jantung
(a)      Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
(b)     Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
(3)     Paru
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
(4)     Abdomen
(a)      Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
(b)     Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi fundus.
(c)      Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
(d)     Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
(5)     Genetalia
(a)      Uterus
Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
(b)     Lochea
Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.
Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.
 i.          Tahap
i)        Rubra (merah) : 1-3 hari.
ii)        Serosa (pink kecoklatan)
iii)      Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
ii.          Lochea terus keluar sampai 3 minggu
iii.      Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
iv.      Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
(c)      Serviks
       Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
(d)     Vagina
       Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
(e)      Perinium dan Anus
       Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of approximation)
(f)      Pemeriksaan adanya hemoroid.
(6)     Ekstremitas
(a)      Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
(b)     Apakah ada varises.
(c)      Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi hypo atau hyper.
(d)     Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

3)        Perubahan Psikologis
a)        Peran Ibu meliputi:
       Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.
b)        Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
c)        Perubahan Psikologis
Perubahan peran, sebagai orang tua.
 i.          Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
ii.          Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.
(d)     Faktor-faktor Risiko
 i.          Duerdistensi uterus
ii.          Persalinan yang lama
iii.          Episiotomi/laserasi
iv.          Ruptur membran premature
v.          Kala II persalinan
vi.          Plasenta tertahan
vii.          Breast feeding

2.        Diagnosa Keperawatan
a.         Risiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
b.        Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
c.         Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d.        Nyeri akut b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e.         Risiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
f.         Risiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
g.        Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.

3.        Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Intervensi
Rasional
Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan cairan pasien adekuat, dengan kriteria hasil:
-          TTV dalam batas normal
·      TD : 60-90/110-140 mmHg
·      Nadi : 60-100 x/menit
·      Suhu : 36,5-37,5oC
·      RR : 16-24 x/menit
-          Tidak ada tanda-tanda  dehidrasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit baik)
-          Haluaran urine 0,5-1 ml/kg BB/jam

-          Pantau:
-     Tanda-tanda vital setiap 4 jam.






-          Pantau cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.

-          Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)





-          Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (mukosa bibir dan turgor kulit)
-          Beritahu dokter bila: terjadi takikardia, selalu merasa haus, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.

-          Mengidentifikasi keadaan umum pasien serta adanya penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
-          Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara adekuat dan teratur.
-          Observasi baik dilakukan untuk mencegah terjadinya kemungkinan yang tidak diinginkan seperti adanya perdarahan post partum
-          Sebagai deteksi awal dari kekurangan cairan


-          Temuan-temuan ini menandakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan.


Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola eleminasi (BAK) pasien teratur, dengan criteria hasil:
-          Eleminasi BAK lancar (warna, kejernihan, volume urine yang keluar dalam batas normal )
-          Tidak ada disuria
-          Keluhan kencing tidak ada.

-          Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.

-          Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.



-          Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.

-          Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.




-          Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.




-          Tanyakan pada pasien mengenai adanya keluhan dalam berkemih

-          Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.
-          Mengidentifikasi penyimpangan dalam pola berkemih pasien.

-          Ambulasi dini memberikan rangsangan untuk pengeluaran urine dan pengosongan bladder.
-          Membasahi bladder dengan air hangat dapat mengurangi ketegangan akibat adanya luka pada bladder.
-          Menerapkan pola berkemih secara teratur akan melatih pengosongan bladder secara teratur.
-          Minum banyak mempercepat filtrasi pada glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine


-          .Untuk menetapkan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien
-          Kateterisasi membantu pengeluaran urine untuk mencegah stasis urine.
Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pola eleminasi (BAB) pasien teratur, dengan criteria hasil :
-          Pola eleminasi teratur (tidak adanya konstipasi)
-          Feses lunak dan warna khas feses (tidak bercampur darah dan lendir)
-          Bau khas feses
-           Tidak ada kesulitan/keluhan  BAB

-          Kaji pola dan frekuensi BAB, kesulitan BAB, warna, bau, dan konsistensi feses serta keluhan dalam melakukan BAB
-          Anjurkan ambulasi dini. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk, Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
-          Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.



-          Kaji bising usus setiap 8 jam.




-          Pantau berat badan setiap hari.




-          Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran hijau.
-          Mengidentifikasi penyimpangan serta kemajuan dalam pola eleminasi (BAB).
-          Ambulasi dini merangsang pengosongan rektum secara lebih cepat.



-          Cairan dalam jumlah cukup mencegah terjadinya penyerapan cairan dalam rektum yang dapat menyebabkan feses menjadi keras.
-          Bising usus mengidentifikasikan pencernaan dalam kondisi baik.

-          Mengidentifiakis adanya penurunan BB secara dini dan mengetahui status nutrisi pasien.
-          Memperlancar BAB dan mencegah konstipasi
Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat, dengan kriteria hasil:
-          Pasien menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
-          Kelemahan dan kelelahan berkurang.
-          Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.
-          Frekuensi nadi / irama jantung serta tekanan darah dalam batas normal (TD=100-140/60-90 mmHg, N=60-100 x/menit)

-          Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: catat peningakatan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
-          Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik
-          Berikan aktifitas senggang yang tidak berat.




-          Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas, contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.

-          Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.







-          Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.

-          Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.




-          Menurunkan kerja miokard/komsumsi oksigen , menurunkan resiko komplikasi.

-          Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
-          Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
-          Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
-          Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.
Nyeri akut b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3x24jam ,diharapkan   nyeri pasien berkurang, dengan kriteria hasil:
-          TTV dalam batas normal
·      TD : 60-90/110-140 mmHg
·      Nadi : 60-100 x/menit
·      Suhu : 36,5-37,5oC
·      RR : 16-24 x/menit
-          Pasien mengatakan nyeri berkurang
-          Skala nyeri berkurang
-          Pasien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang.
-          Kontraksi uterus baik
-          Payudara lembek
-          Tidak ada bendungan ASI.
-          Kaji karakteristik nyeri (PQRST)





-          Pantau TTV


-          Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.


-          Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.
-          Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
-          Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum
-          Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam, mengalihkan perhatian).
-          Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesik


-          Mengetahui karakteristik nyeri pasien untuk mengidentifikasi dalam pemberian intervensi yang tepat
-          Mengidentifikasi keadaan umum pasien
-          Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan berdasarkan involusi uteri.
-          Mengurangi ketegangan pada luka perineum.



-          Melatih ibu mengurangi bendungan ASI dan memperlancar pengeluaran ASI.
-          Mencegah infeksi dan kontrol nyeri pada luka perineum.
-          Mengurangi intensitas nyeri pada pasien





-          Merupakan salah satu management nyeri untuk pasien
Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ,diharapkan   tidak terjadi tanda-tanda infeksi, dengan criteria hasil :
-          Tidak ada tanda infeksi (calor, rubor, dolor, tumor, fungsiolaesa )
-          Luka episiotomi kering dan bersih
-          TTV dalam batas normal
·      TD : 60-90/110-140 mmHg
·      Nadi : 60-100 x/menit
·      Suhu : 36,5-37,5oC
·      RR : 16-24 x/menit

-          Pantau TTV dan tanda-tanda infeksi


-          Kaji luka perineum/episiotomy, kaji  keadaan jahitan.

-          Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar






-          Pertahankan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi).




-          Mengetahui keadaan umum pasien dan adanya tanda-tanda infeksi
-          Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan sesuai intervensi yang dilakukan.
-          Keadaan luka perineum berdekatan dengan daerah basah mengakibatkan kecenderunagn luka untuk selalu kotor dan mudah terkena infeksi.

-          Mencegah infeksi secara dini dan mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi.
Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ,diharapkan   tidak terjadi Gangguan proses parenting, dengan kriteria hasil:
-           Ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan, menyusui).
-          Keluarga ikut berperan aktif dalam perawatan ibu dan bayi
-          Ibu mampu melakukan dan sadar akan pentingnya perwatan dan kebersihan diri
-          Beri kesempatan ibu untuk melakukan perawatan bayi secara mandiri.
-          Libatkan suami dalam perawatan bayi.





-          Memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
-          Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
-          Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi.
-          Meningkatkan kemandirian ibu dalam perawatan bayi.

-          Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan bayi akan membantu meningkatkan keterikatan batih ibu dengan bayi.
-          Perawatan payudara secara teratur akan mempertahankan produksi ASI secara kontinyu sehingga kebutuhan bayi akan ASI tercukupi.


-          Meningkatkan produksi ASI.



-          Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini mungkin.

d.         Evaluasi
Evaluasi dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil dalam intervensi keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

1.  Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
2.   Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC
3.   Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka