A.
Pengertian
Anak Hiperaktif
Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah
dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya
mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Definisi
ADHD adalah suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu
yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan
suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan
yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan
jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu
meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk
degan tenang.. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan
perilaku meliputi perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka
membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap.
B.
Diagnosis
Anak Hiperaktif
Bila
didapatkan seorang anak dengan usia 6 hingga 12 tahun yang menunjukkan
tanda-tanda hiperaktif dengan prestasi akademik yang rendah dan kelainan
perilaku, hendaknya dilakukan evaluasi awal kemungkinan. Untuk
mendiagnosis ADHD digunakan kriteria DSM IV yang juga digunakan, harus
terdapat 3 gejala : Hiperaktif, masalah perhatian dan masalah konduksi
v Kriteria
A Masing-Masing (1) Atau (2)
(1)
Enam atau lebih dari gejala
(2)
Enam atau lebih gejala dari kurang perhatian atau konsentrasi yang tampak
paling sedikit 6 bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak
konsisten dalam perkembangan
Untuk
dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang
nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif,
dan impulsif.
1. Inatensi
Inatensi
atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak
dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu
mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih
perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
a. Sering
gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas atau membuat
kesalahan yang tidak terkontrol dalam sekolah, bekerja atau
aktivitas lainnya
b. Sering
mengalami kesulitan menjaga perhatian/ konsentrasi dalam menerima tugas atau
aktifitas bermain
c. Sering
kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung menyelesaikan
pekerjaan rumah, pekerjaan atau tugas, mengerjakan perkerjaan rumah
(bukan karena perilaku melawan), gagal untuk mengerti perintah
d. Sering
kesulitan mengatur tugas dan kegiatan
e. Sering
menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang membutuhkan
usaha (seperti pekerjaan sekolah atau perkerjaan rumah)
f. Sering
kehilangan suatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan ( permainan, tugas
sekolah, pensil, buku dan alat sekolah lainnya )
g. Sering
mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar yang tidak berkaitan
h. Sering
melupakan tugas atau kegiatan segari-hari
Enam
atau lebih gejala dari hiperaktivitas/impulsifitasyang menetap dalam
6 bulan terakhir
2. Hiperaktif
Gejala
hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan
tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu,
ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
a. Sering
merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat dalam tempat duduk
b. Sering
meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang mengharuskan tetap
duduk.
c. Sering
berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam keadaan
perasaan tertentu atau kelelahan )
d. Sering
kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya dengan tenang.
e. Sering
berperilaku seperti mengendarai motor
f. Sering
berbicara berlebihan
3. Impulsif
Gejala
impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam
dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan
tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan.
Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan
sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela
pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak
juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari
impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang
membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
a. Sering
mengeluarkan perkataan tanpa berpikir, menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaannya selesai
b. Sering
sulit menunggu giliran atau antrian
c. Sering
menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya dalam percakapan
atau permainan).
Selain
ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada
beberapa syarat lain antara lain:
v Kriteria
B: Gejala hiperaktif-impulsif yang disebabkan gangguan sebelum usia
7 tahun.
v Kriteria
C : Beberapa gangguan yang menimbulkan gejala tampak dalam
sedikitnya 2 atau lebih situasi ( misalnya di kelas, di permainan atau di
rumah )
C.
Problem-Problem
Yang Biasa Dialami Oleh Anak Hiperaktif
1. Problem
di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran
yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu
membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang
perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan
tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan
teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak
memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami
kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak
hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik
anak biasa
2. Problem
di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak
hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah
mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor
psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan
rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia
gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah
marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut
membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak
dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun
teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan
anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh
pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak
dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik
anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang
nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi
di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya
buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
3. Problem
berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara.
Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi.
Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal
balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu
merespon lawan bicara secara tepat.
4. Problem
fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki
tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti
asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya
juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan
sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik
anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh,
terkilir, dan sebagainya.
D.
Faktor-Faktor
Penyebab Hiperaktif Pada Anak
Berikut
ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1. Faktor
neurologik
Insiden
hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor
seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu
yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya
perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif
yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi
Beberapa
studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada
anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
2. Faktor
toksik
Beberapa
zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead)
dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak
hiperaktif.
3. Faktor
genetik
Didapatkan
korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar.
4. Faktor
psikososial dan lingkungan
Pada
anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua
dengan anaknya.
Menurut
beberapa penelitian, penyebab anak hiperaktif antara lain:
1. Adanya
disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh dopamin sebagai
neurotransmitter pencetus gerakan dan sebagai kontrol aktivitas diri. Akibatnya
menyebabkan terjadinya hambatan pada sistem kontrol perilaku. Anak menjadi
hiiperaktif salah satunya karena produksi hormon adrenalin tidak
terkontrol. Hormon adrenalin merangsang untuk melakukan suatu kegiatan.
Produksi hormon adrenalin yang berlebihan mengakibatkan anak melakukan kegiatan
di luar kontrol diri. Kondisi ini mengakibatkan anak sulit untuk berkonsentrasi
pada sesuatu yang dilakukan. (Psyichiatric Association Press (1994)
2. Anak
hiperkatif menghasilkan gelombang theta berlebihan.Tetapi tidak cukup
menghasilkan gelombang beta. Gelombang theta merupakan gelombang otak pada
kisaran frekwensi 4-8 Hz. Yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar
(subconsciaus mind). Gelombang theta muncul saat manusia bermimpi dan saat
terjadi REM (rapit eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka
panjang dan merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar
menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang tertekan atau tidak diberi
kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi psilologis yang di tekan. Semua
materi yang berhubungan dengan emosi, baik emosi positif maupun negatif
tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Emos–emosi yang negatif yang tidak
teratasi dengan baik, setelah masuk ke pikiran bawah sadar akhirnya menjadi
beban psikologis yang menghambat kemajuan diri seseorang. Gelombang beta adalah
gelombang otak yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12 sampai
40 Hz. Gelombang beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Kita
menggunakan gelombang beta untuk berpikir, berinteraksi, berkonsentrasi dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun beta sering menghilang saat manusia menfokuskan
pikiran, gelombang beta sangat dibutuhkan agar manusia dapat menyadari sesuatu
diluar diri. Bersamaan dengan gelombang otak lainnya gelombang beta sangat
dibutuhkan dalam proses kreatif. Tanpa gelombang beta semua kreatifitas yang
merupakan hasil pikiran bawah sadar akan tetap terkunci dibawah sadar, tanpa
bisa terangkat ke permukaan dan disadari oleh pikiran. Walaupun gelombang beta
merupakan komponen penting dalam kesadaran diri manusia, namun gelombang beta
tidak dapat beroperasi tanpa didukung oleh gelombang otak yang lain. Apabila
hal ini terjadi maka seseorang akan dipenuhi rasa kekhawatiran, ketegangan dan
proses berpikir yang tidak fokus. Gelombang alfa adalah gelombang otak yang
frekwensinya sedikit lebih lambat dibandingkan beta. Yaitu 8-12 Hz (hertz).
Gelombang alfa berhubungan dengan kondisi yang rilek dan santai. Dalam kondisi
alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara jelas dan dapat merasakan
sensasi dengan lima indera apa yang terjadi dalam pikiran. Gelombang alfa
adalah pintu gerbang bawah sadar. Manfaat gelombang alfa adalah sebagai jembatan
penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Untuk meningkatkan konsentrasi
anak hiperaktif diperlukan latihan untuk mengurangi gelombang theta dan banyak
menghasilkan gelombang beta. ( Steven W. Lee yang dikutip oleh Feni Olivia
(2007)
3. Anak
hiperaktif memiliki masalah dalam pendengaran. Bisa mendengar tetapi kesulitan
mengerti apa yang didengarnya. Karena telinga dan otak tidak bekerja
efesien dalam memproses suara. Ada yang kesulitan memilih suara dari banyak
sumber suara yang berbeda. Ada yang kesulitan memusatkan pendengaran pada suara
tertentu. Misalnya, seharusnya anak mendengar suara guru, tetapi ia malah
tertarik pada bunyi es krim di luar ruangan. Akibatnya anak menjadi terganggu
oleh suatu hal beberapa saat. Anak menjadi terganggu oleh suara disekitarnya.
Memperbaiki jalur pendengaran dengan terapi suara akan memulihkan kapasitas
pendengaran (penerimaan suara) sehingga anak akan dapat belajar terfokus dan
menangkap suara yang diinginkan langsung ke pusat bahasa di otak. (Wilens TE
dalam Widodo (2004)
Berdasarkan
beberapa hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk menangani anak
hiperaktif di sekolah maupun dirumah tidak bisa disamakan dengan melakukan
remedial terhadap kesulitan belajar secara umum. Sebelum melakukan pembelajaran
terhadap anak hiperaktif, perlu terlebih dahulu melakukan terapi sesuai dengan
permasalahan anak. Terapi yang dilakukan difokuskan sebagai latihan kontrol
hormon adrenalin, meningkatkan gelombang beta dan mengurangi gelombang theta.
Selain itu terapi dimanfaatkan untuk memperbaiki jalur pendengaran, sebab
kondisi telinga dan otak anak hiperaktif tidak efesien dalam memproses
suara. Mereka kesulitan memilih suara dari banyak sumber suara yang berbeda.
Terapi gelombang otak dapat dilakukan dengan menggunakan permainan-permainan
untuk mengontrol hormon adrenalin, meningkatkan gelombang beta, dan memperbaiki
jalur pendengaran.
E.
Cara Mendidik Dan Membimbing Anak Hiperaktif
Berikut
ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan
membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
-
Orang tua perlu menambah pengetahuan
tentang gangguan hiperaktifitas
-
Kenali kelebihan dan bakat anak
-
Membantu anak dalam bersosialisasi
-
Menggunakan teknik-teknik pengelolaan
perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila
anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu
memonitor perilaku anak
-
Memberikan ruang gerak yang cukup bagi
aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
-
Menerima keterbatasan anak
-
Membangkitkan rasa percaya diri anak
-
Dan bekerja sama dengan guru di sekolah
agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
-
Disamping itu anak bisa juga melakukan
pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan
memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya,
orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua
sebelumnya.
F.
Penanganan
Anak Hiperaktif Yang Selama Ini Dilakukan
Melihat
penyebab hiperaktif yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori
penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya
sesuai dengan landasan teori penyebabnya. Beberapa terapi untuk anak
hiperaktif:
1. Terapi
medikasi atau farmakologi
Terapi medikasi atau farmakologi adalah
penanganan dengan menggunakan obat-obatan. Terapi ini hendaknya hanya sebagai
penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls-impuls
hiperaktif yang tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat-obat
ini, diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dulu dan pendekatan terapi okupasi
lainnya secara simultan juga harus dilaksanakan, sebab bila hanya mengandalkan
obat ini tidak akan efektif. Beberapa obat yang dipergunakan. Menurut beberapa
penelitian dan pengalaman klinis banyak obat yang telah diberikan pada
penderita ADHD, diantaranya adalah : antidepresan, Ritalin
(Methylphenidate HCL), Dexedrine (Dextroamphetamine
saccharate/Dextroamphetamine sulfate), Desoxyn (Methamphetamine HCL), Adderall
(Amphetamine/Dextroamphetamine), Cylert (Pemoline), Busiprone (BuSpar),
Clonidine (Catapres). Methylphenidate, merupakan obat yang paling sering
dipergunakan, meskipun sebenarnya obat ini termasuk golongan stimulan, tetapi
pada ksus hiperaktif sering kali justru menyebabkan ketenangan bagi
pemakainanya. Selain methylphenidate juga dipakai Ritalin dalam bentuk tablet,
memilki efek terapi yang cepat, setidaknya untuk 3-4 jam dan diberikan 2 atau 3
kali dalam sehari. Methylphenidate juga tersedia dalam bentuk dosis tunggal.
Dextroamphetamine merupakan obat lain yang dipergunakan. Ritalin atau
methylphenidate, obat stimulan yang biasa diberikan pada anak penyandang
ADHD ternyata dapat menyebabkan perubahan struktur sel otak untuk jangka
waktu lama, ilmuwan melaporkan. Joan Baizer profesor fisiologi dan biofisika
dari University of Buffalo mengungkapkan pemberian Ritalin setiap hari selama
bertahun tahun pada sel otak tikus terlihat sama seperti yang diakibatkan oleh
amphetamin atau kokain.
2. Terapi
nutrisi dan diet
Terapi nutrisi dan diet banyak dilakukan
dalam penanganan penderita. Diantaranya adalah keseimbangan diet
karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or
"Leaky Gut Syndrome"), penanganan alergi makanan atau reaksi
simpang makanan lainnya.Feingold Diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif
yang dilaporkan cukup efektif. Suatu substansi asam amino (protein),
L-Tyrosine, telah diuji-cobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa
kasus, karena kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin
(neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan
golongan amphetamine. Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan pemberian
suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan
metabolisme asam amino dan toksisitas Logam berat. Terapi inovatif yang
pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi
herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti
akupuntur.
3. Terapi
sensori integration.
Sensori integration adalah
pengorganisasian informasi melalui beberapa jenis sensori di anataranya adalah
sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan grafitasi, penglihatan,
pendengaran, pengecapan, dan penciuman yang sangat berguna untuk menghasilkan
respon yang bermakna. Beberapa jenis terapi sensori integration adalah
memberikan stimulus vestibular, propioseptif dan taktil input. Menurunkan
tactile defensivenes dan meningkatkan tactile discrimanation. Meningkatkan body
awareness berhubungan dengan propioseptik dan kinestetik. Selain sensory
integration terapi sensori lain yang dikenbal dalam terapi gangguan
perkembangan dan perilaku adalah Snoezelen. Snoezelen adalah sebuah aktifitas
yang dirancang mempengaruhi system Susunan Saraf pusat melalui pemberian
stimuli yang cukup pada system sensori primer seperti penglihatan, pendengaran,
peraba, perasa lidah dan pembau. Disamping itu juga melibatkan sensori internal
seperti vestibular dan propioseptof untuk mencapai relaksasi atau aktivasi
seseorang untuk memperbaiki kualitas hidupnya
4. Terapi
okupasi
Terapi okupasi untuk memperbaiki
gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh
beberapa ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia, diantaranya adalah
sensory Integration (AYRES), snoezelen, neurodevelopment Treatment (BOBATH),
modifukasi Perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya.
5. Terapi
bermain
Terapi bermain sangat penting untuk
mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana
kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat
dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia
dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik
dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan
ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
Terapi
yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik dan
menyeluruh. Penanganan ini harus melibatkan multi disiplin ilmu yang
dikoordinasikan antara dokter, orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh
terhadap penderita.