Daftar Blog Saya

Jumat, 11 Februari 2011

LAPORAN PENDAHULUAN SECSIO SAESARIA

LAPORAN PENDAHULUAN SECSIO SAESARIA

1. Konsep dasar secsio sesaria
a. Pengertian seksio sesaria
Seksio sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Marjoen, 2001). Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dalam keadaan berat janin diatas 500 gram (Parworiharjo S, 1996). Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar, 1998). Dari pengertian seksio sesaria dapat disimpulkan : seksio sesaria adalah melahirkan janin melalui suatu pembedahan / insisi pada dinding perut dan rahim.

b. Jenis –jenis seksio sesaria
1. Berdasarkan tekniknya seksio sesaria dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Seksio sesaria klasik atau corporal yaitu insisi memanjang pada segmen uterus.
b. Seksio sesaria transperitonealis profunda yaitu insisi pada segmen bawah rahim, teknik ini paling sering dilakukan melintang dan memanjang.
c. Seksio sesaria ekstra peritoneal yaitu rongga perineum tidak dibuka.
d. Seksio sesaria his terektomi yaitu setelah seksio sesaria dikerjakan, histerektomi dengan indikasi atonia uteri. Placenta alereta, myoma uteri, infeksi intra uteri yang berat (Padjajaran, 1994).

c. Indikasi umum seksio sesaria
Indikasi umum dilakukannya seksio sesaria adalah ibu seperti panggul sempit absolute, plasenta previa, disfungsi uterus, distonsia jaringan lunak, disproporsi sepalopelvik, tumor jalan lahir, indikasi dari janin, yaitu kelainan letak, janin besar, gawat janin (Sarwono, 1999). Indikasi lainnya yaitu keadaan dimana usaha untuk melahirkan janin pervagina gagal (Padjajaran, 1994).

d. Patofisiologi
Hamil 39-40 minggu + locus
Minoris resisten

Jaringan parut pada uterus

Risiko rupture uteri pada percobaan persalinan pervagina

Seksio Cesaria

Fisik Psikologis

Trauma mekanik insisi Kurang Krisi situasi
informasi ancaman
konsep diri

Trauma perubahan Trauma Kurang pengetahuan Ansietas eleminasi urine jaringan



Risiko infeksi Gangguan rasa nyaman (nyeri) ADL di bantu

Kurang pergerakan deficit perawatan diri

Penurunan tonus otot

Resiko Konstipasi



e. Prinsip-prinsip perawatan ibu bayi seksio sesar
Penanganan pada masa nifas post secsio sesaria dapat diuraikan menurut (Mochtar, 1999), sebagai berikut:
1. Perawatan luka insisi
Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan betadin lalu ditutup dengan kasa steril untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita.
2. Tempat perawatan pasca bedah
Setelah tindakan dikamar operasi, penderita dipindahkan kedalam ruang rawat khusus (recoveri room). Bila pasca bedah keadaan penderita gawat, segera dipindahkan ke unit perawatan darurat (intensive care), apabila keadaan penderita mualai pulih, barulah dipindahkan ketempat penderita semula dirawat.
3. Pemberian cairan
Selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka dari itu pemberian cairan paer infuse harus cukup banyak dan mengandung elektrolit. Cairan yang diberikan biasanya dextrose 5% - 10%.
4. Diet
Bila pasien sudah platus, pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan dengan mulai pemberian makanan dan minuman peroral. Penderita diberi makan bubur saring, minum air buah dan susu, selanjutnya secara bertahap diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makan biasa.
5. Nyeri
Sejak penderita sadar 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat-obat anti nyeri. Setelah hari pertama atau kedua, rasa nyeri akan hilang sendiri dengan pemberian obat-obatan. Penderita yang kurang tenang dan gelisah akan merasa lebih tentram.
6. Mobilitas
Mobilitas segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan bagi penderita. Miring kekiri dan kekanan dapat dimulai 6-10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari ke-2 penderita sudah dapat duduk selama 5 menit. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari penderita diajarkan duduk selama sehari, belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca bedah. Mobilisasi secara tertur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan.
7. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita. Involusi uterus dapat menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, dianjurkan pemasangan kateter tetapi, dawer kateter selama 24-48 jam.
8. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan (antibiotic dan vitamin (untuk pertumbuhan kulit dan meningkatkan vitalitas, antiinfeksi untuk mencegah infeksi serta alinamin F untuk meningkatkan peristaltic usus.
9. Perawatan rutin
Setelah selesai operasi , dokter telah membuat rencana perawatan rutin bagi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada paramedic baik dikamar rawat khusus maupun setelah tiba diruang atau kamar tempat penderita dirawa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran yang diukur adalah TD, nadi RR< jumlah cairan masuk dan keluar, dan suhu.

f. Komplikasi post seksio sesaria
Komplikasi post seksio sesaria menurut Mochtar 1998 :
1. Infeksi Puerperal (nifas)
a. Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sakit kembung
c. Berat : denagn peritonitis sepsis dan ileus paralisis. Hal ini sering dijumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penangananya adalah dengan pemberian cairan elektrolit dan antibiotic yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada plasenta.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih, sepertronia lisasi terlalu tinggi (Mochtar, 1998).
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada pada kehamilan mendorong.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Adapun data focus yang harus dikaji pada ibu nifas dengan komplikasi tindakan menurut Virginia handerson (14 komponen) yaitu :
1) Bernafas
Pengkajian perfasan meliputi observasi frekuensi per menit kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang menyertainya, misalnya warna dan bunyi nafas. Orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat bernafas secara teratur kira-kira 12 sampai 20 kali per menit.
2) Makan da minum (nutrisi)
Diet makan harus bermutu bergizi dan cukup kalori sebaiknya makan makanan yang mengandung protein banyak cairan sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Eleminasi
Menstimulasi reflek urinary mempertahankan kebiasaan eleminasi dan asupan cairan yang adekuat dapat meningkatkan urinary.
4) Gerak dan aktifitas
Enam jam setelah post operasi ibu dianjurkan untuk segera mobilisasi sesuai dengan kemampuan.
5) Istirahat dan tidur
Post seksio sesaria diperlukan kurang lebih 8 jam untuk istirahat dan menghindari keletihan fisik maupun psikologis sehingga tenaga ibu pulih dengan cepat.
6) Personal hygiene
Dalam masa nifas diperlukan kebersihan diri untuk membantu mengurangi sumber infeksi, dapat dilakukan ibu sendiri setelah cukup untuk berjalan dan dengan bantuan untuk melakukan mandi dua kali sehari, kebersihan mulut, rambut, ganti pakaian/pembalut dan kebersihan buah dada.
7) Pengaturan suhu tubuh
Selama persalinan peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasi adanya infeksi, dehidrasi atau akibat peningkatan aktifitas otot karena kontraksi uterus, suhu normal per axial orang dewasa, yaitu 35,8 - 37,30C.
8) Rasa aman dan nyaman
Rasa sakit pada luka operasi yang berlebihan harus diperiksa. Afterpain biasa terjadi pada multipara.
9) Komunikasi dan sosialisasi
Hubungan komunikasi antar keluarga dan suami berpengaruhterhadap kejiwaan ibu dan bayi.
10) Ibadah
Ibadah diperlukan sebagai penyejuk rohani dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
11) Prestasi
Sesuatu yang dapat dibanggakan oleh ibu atau keluarga.
12) Produktifitas
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
13) Rekreasi
Sesuatu yang dilakukan yang dapat membahagiakan anggota keluarga.
14) Belajar
Seseorang memperoleh pengetahuan bias langsung dari petugas kesehatan, hal ini biasa dilakukan dengan bertanya langsung atau dengan mengikuti penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan.

b. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang bias muncul pada ibu dengan status post seksio sesaria menurut Donges (2001) dan Carpenito (2000) adalah sebagai berikut :
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan.
2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri.
3) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahan.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang bedah sesaria.
5) Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
6) Risiko perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, efek-efek anastesi.
7) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesia, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik.

c. Rencana Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan.
KH :
- Nyeri hilang (skala 0)
- TTV normal (TD : 110-130/60-80 mmHg; N: 60-100 x/ menit; S: 36-37,2°C; R: 16-20 x/ menit)

Intervensi:
a) Kaji tingkat nyeri ibu.
Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh intervensi yang akan diberikan.
b) Motivasi ibu untuk mobilisasi secara bertahap.
Rasional : untuk memperlancar peredaran darah sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
c) Beri posisi yang nyaman menurut ibu.
Rasional : untuk memberikan posisi yang tidak menimbulkan nyeri pada ibu.
d) Ajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam.
Rasional : melancarkan peredaran darah dan mengalihkan perhatian ibu dari nyeri.
e) Lakukan distraksi dengan mengajak berbincang-bincang.
Rasional : sebagai upaya pengalihan perhatian ibu dari nyeri.
f) Delegatif pemberian obat analgetika.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.

2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri.
KH :
- Mengakui dan mendiskusikan masalah
- Menunjukkan rentang perasaan yang tepat
- Melaporkan takut dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.

Intervensi :
a) Tentukan tingkat ansietas dari sumber masalah.
Rasional : kelahiran sesaria mungkin dipandang suatu kegagalan dalam hidup oleh klien atau pasangan dan hal tersebut dapat memiliki dampak negatif dari proses ikatan menjadi orang tua.
b) Berikan informasi yang akurat tentang keadaan ibu/bayi.
Rasional : kurang informasi / kesalahpahaman dapat meningkatkan ansietas.

3) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahan.
KH :
- TTV normal (TD : 110-130/60-80 mmHg; N: 60-100 x/ menit; S: 36-37,2°C; R: 16-20 x/ menit)
- Tidak terjadi infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, tumor, kalor, dolor, fungsiolaesa)

Intervensi:
a) Rawat luka dengan teknik aseptic.
Rasional : untuk menghindari terjadinya infeksi pada luka denga membunuh kuman sebelum memasuki daerah luka.
b) Ajurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan luka.
Rasional : untuk memperkecil kemungkinan terkontaminasinya luka oleh kuman.
c) Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi secara dini dan bertahap.
Rasional : untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
d) Observasi vital sign.
Rasional : vital sign merupakan indicator dalam mengkaji rasa nyeri pada pasien. Jika vital sign meningkat merupakan tanda adanya infeksi.
e) Delegatif dalam pemberian antibiotic.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi.

4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang bedah sesaria.
KH :
- Menyatakan memahami mengenai tindakan seksio sesaria
- Mengetahui indikasi dilakukannya seksio sesaria
- Merencanakan tindakan yang selanjutnya dilakukan
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan ibu tentang cara perawatan pasca bedah seksio sesaria.
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang perawatan pasca operasi sehingga lebih mudah memberikan informasi kepada pasien.
b) Beri bimbingan dan demonstrasikan perawatan payudara serta cara meneteki yang benar.
Rasional : dengan belajar dan latihan, ibu akan mengetahui cara perawatan dari pasca bedah yang benar.
c) Jelaskan hal-hal yang perlu dilaporkan kepada dokter / perawat setelah melahirkan.
Rasional : untuk menangani masalah yang dihadapi ibu secara dini dan menghindari kepanikan terhadap perubahan kondisi pasien.
d) Jelaskan program pengobatan yang didapat pasien selama ini, meliputi nama obat, dosis, waktu, cara pemberian, tujuan dan efek samping dan program lain yang berhubungan dengan pasien seperti jadwal perawatan luka, jadwal control.
Rasional : untuk menambah pengetahuan pasien agar lebih kooperatif dalam memberikan tindakan keperawatan pada dirinya.
e) Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kondisi tubuh dengan mempertahankan nutrisi dan kebersihan ibu.
Rasional : untuk mempercepat proses penyembuhan dan pencegahan terjadinya komplikasi.

5) Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
KH :
- Menunjukkan bunyi usus/ aktivitas peristaltic aktif
- Mempertahankan pola eliminasi biasanya
Intervensi :
a) Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4 iam setelah kelahiran sesaria.
Rasional : mengevaluasi fungsi usus, adanya diastasis rekti berat menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
b) Anjurkan ibu untuk minum yang adekuat (3000cc/hari).
Rasional : cairan berfungsi untuk melunakkan feces.
c) Beri makanan yang tinggi serat.
Rasional : makan tinggi serat berguna untuk merangsang enzim-enzim pencernaan.
d) Anjurkan ibu untuk untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur.
Rasional : berguna untuk melatih otot-otot abdomen.

6) Risiko perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, efek-efek anastesi.
KH :
- Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
a) Perhatikan dan catat jumlah, warna dan konsentrasi drainase urine.
Rasional : untuk memperlancar proses perkemihan.
b) Anjurkan ibu untuk berkemih tiap 4-6 jam, apabila memungkinkan.
Rasional : dengan berkemih 4-6 jam dapat melatih otot-otot kandung kemih.

7) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesia, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik.
KH :
- Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri
Intervensi :
a) Perhatikan adanya sakit kepala pasca spinal.
b) Kaji status psikologi ibu.
c) Ubah posisi ibu setiap 1-2 jam.
d) Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (misalnya: perawatan mulut, mandi, gosok punggung dan perawatan perional).

d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan yaitu :
1. Evaluasi formatif : dibuat berdasarkan respon yang diberikan klien setelah implementasi
2. Evaluasi Sumantif : dibuat berdasarkan tujuan yang telah diterapkan pada perencanaan.
Kriteria evaluasi :
1. Dimulainya ikatan keluarga ibu
2. Nyeri berkurang
3. Tidak terjadi infeksi
4. Melakukan kebiasaan defikasi
5. Pengetahuan pasien bertambah
6. Pola eliminasi berkemih normal.
7. ADL mandiri

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius
Mochtar, Rusiam. 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar